Rabu, 11 Mei 2011

kanker serviks

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap wanita beresiko terkena kanker serviks, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), seorang wanita meninggal setiap dua menit akibat kanker serviks dan diperkirakan angka kematian mencapai 270.000 kematian setiap tahunnya. Di Indonesia diperkirakan 90-100 kasus kanker serviks diantara 100.000 penduduk, atau sekitar 180.000 kasus baru per tahun. Ini merupakan angka kematian yang besar, yang memicu stress baik dari segi emosional maupun fisik terhadap wanita bahkan pada tahap pra-kanker (potensi terjadi kanker).
Resiko penderita kanker serviks adalah wanita yang berusia lebih dari 35 tahun karena pada usia tersebut system reproduksi mulai berkurang, namun studi epidemiologic menunjukkan faktor resiko juga terjadi pada wanita yang aktif berhubungan seks sejak usia sangat dini (<20 tahun), sering berganti pasangan seks, atau yang berhubungan seks dengan pria yang suka berganti pasangan. Gejala kanker ini tidak terlalu kelihatan pada stadium dini, oleh karena itu kanker serviks di anggap sebagai “The Silent Killer”.(WHO, 2008)
Angka kejadian kanker serviks di dunia 85% terjadi di negara-negara berkembang, penyebabnya adalah karena tidak adanya program screening yang efektif bagi wanita dengan sosial ekonomi rendah. Oleh sebab itu program-program screening saat ini terlaksana dengan tujuan dapat mendeteksi tanda-tanda perkembangan sel yang abnormal secara dini sehingga memungkinkan perawatan secara dini dan cepat.(Sahrial, 2009)
Profil kesehatan 2008 menyebutkan bahwa pada tahun 2008 di Kota Semarang berdasarkan laporan program yang berasal dari Rumah Sakit dan Puskesmas, kasus penyakit kanker yang ditemukan sebanyak 11.862, terdiri dari kanker payudara 5.367 kasus, kanker serviks 5.939 kasus, kanker hati dan empedu 300 kasus, kanker bronkus dan paru 265 kasus. Data tersebut menunjukkan bahwa kanker yang paling banyak terjadi adalah kanker serviks. Sedangkan pada bulan Januari sampai Oktober 2010, kasus penyakit kanker servik ditemukan sebanyak 2039 kasus. Dimana ditemukan sebanyak 1889 kasus di Rumah Sakit dan 150 kasus di Puskesmas.
Direktur Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementrian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengatakan bahwa pada tahun 2010 di beberapa Negara maju, skrining kanker servik dengan tes pap secara luas terbukti mampu menurunkan angka kejadian kanker servik invasive hingga 90% dan menurunkan mortalitas hingga 70-80%. Tapi penyelenggaraan tes pap secara luas apalagi secara nasional sangat sulit dilaksanakan di Indonesia. Hal ini disebabkan terkendala oleh faktor belum tersedianya sumber daya, khususnya spesial Patologi Anatomi dan skriner sitologi sebagai pemeriksa sitologi disemua ibu kota provensi, apalagi di kabupaten di Indonesia.
Perlu upaya pemecahan masalah dengan metode skrining lain yang lebih mampu laksana untuk mengatasi hal tersebut, cost effective dan dimungkinkan dilakukan di Indonesia. Salah satu metode alternative skrining kanker serviks yang dapat menjawab ketentuan-ketentuan tersebut adalah inspeksi visual dengan pulasan asam asetat (IVA). IVA adalah pemeriksaan skrining kanker servik dengan melihat secara langsung perubahan pada serviks setelah dipulas dengan asam asetat 3 – 5%.
IVA sebagai suatu pemeriksaan skrining alternative, pemeriksaan ini memiliki beberapa manfaat jika dibandingkan dengan uji yang sudah ada, yaitu efektif (tidak jauh berbeda dengan uji diagnostik standar), lebih mudah dan murah, peralatan yang dibutuhkan lebih sederhana, hasilnya segera diperoleh sehingga tidak diperlukan kunjungan ulang, cakupannya lebih luas, dan pada tahap penapisan tidak dibutuhkan tenaga skriner untuk memeriksa sediaan sitologi. Informasi hasil dapat diberikan segera. Keadaan ini lebih memungkinkan dilakukan dinegara berkembang, seperti Indonesia, karena hingga kini tenaga skriner sitologi masih sangat terbatas. Data pada tahun 2003 tenaga skriner belum mencapai 100 orang. Demikian pula halnya dengan spesialis patologi, juga masih terbatas. Diharapkan dengan IVA, peran spesialis Patologi dalam rangkaian upaya penapisan kanker serviks dengan didelagasikan sebagian kepada tenaga kesehatan lain, misalnya bidan (Laila,2006).
Pemeriksaan metode IVA sendiri mulai dicanangkan di Indonesia oleh Departemen Kesehatan Jawa Tengah sejak pertengahan tahun 2009. Pemeriksaan ini dapat dilakukan di puskesmas atau di tempat bidan praktek bidan swasta Karena selain praktis dan murah, metode ini juga mempunyai akurasi yang tinggi sehingga banyak wanita tertarik mengikuti pemeriksaan IVA. Syarat pemeriksaan dengan metode ini adalah wanita yang sudah pernah menikah, dan dianjurkan untuk wanita yang berusia 30-50 tahun, karena pada usia tersebut wanita lebih rentan terkena kanker serviks.(Sahrial, 2009)
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan dari puskesmas Halmahera Semarang, di peroleh data dari tanggal 4 Januari sampai 22 Februari 2011 pada tiap kali dalam satu minngu, jumlah wanita yang periksa dengan metode IVA sebanyak 54 orang yang rata-rata berusia ≥35 tahun, dengan alasan mengikuti pemeriksaan metode IVA karena keinginan sendiri dan peduli terhadap kesehatan dirinya.
Peneliti tertarik mengambil judul ini karena banyaknya angka kejadian kanker serviks pada wanita dan adanya program deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA yang dicanangkan oleh pemerintah, sehingga peneliti ingin mengetahui apakah program ini dapat membuat perilaku masyarakat untuk mengikuti pemeriksaan screening kanker serviks dengan metode IVA. Alasan peneliti mengambil lokasi penelitian di wilayah kerja puskesmas Halmahera Semarang karena puskesmas tersebut adalah salah satu puskesmas di Semarang yang sudah mulai melaksanakan pemeriksaan metode IVA pada semua wanita yang sudah pernah menikah.
Berdasarkan data di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang IVA (Inspeksi Visual Asam aseta) Dengan Perilaku pemeriksaan IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Halmahera Semarang”.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang dan alasan-alasan di atas menjadi masalah penelitian yaitu “Adakah Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang IVA (Inspeksi Visual Asam asetat) Dengan Perilaku pemeriksaan IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Halmahera Semarang?”.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang IVA (inspeksi visual asam asetat) dengan perlaku pemeriksaan IVA.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang IVA
c. Untuk mengetahui perilaku ibu terhadap pemeriksaan IVA
d. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang IVA dengan perilaku pemeriksaan IVA.




D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan tentang tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang IVA dan menambah pengetahuan tentang kanker serviks dan pemeriksaan IVA.
2. Manfaat Bagi Institusi
a. STIKES Karya Husada
Dapat digunakan sebagai studi pustaka sehingga menambah pengetahuan mahasiswa serta pembaca pada umumnya tentang kanker serviks, pemeriksaan IVA, dan bagaimana perilaku ibu terhadap pemeriksaan IVA.
b. Bagi Puskesmas Halmahera
Dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka peningkatan kesehatan wanita khususnya pemeriksaan IVA. Sehingga, dapat menurunkan angka kejadian kanker serviks.
3. Manfaat Bagi Masyarakat (Khususnya Wanita)
Diharapkan masyarakat terutama wanita untuk mengubah perilaku kesehatan dengan mengikuti pemeriksaan metode IVA, agar dapat mendeteksi secara dini kanker serviks. Dan mencegah kanker serviks, dan menurunkan angka kanker serviks.
4. Manfaat Bagi Dinas kesehatan
Diharapkan dapat digunakan sebagai serta mengetahui keefektifan program pemerintah yang telah terlaksana, khusunya program screening kanker serviks dengan metode IVA. Sehingga dapat menurunkan angka kejadian kanker serviks.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian lain yang ada hubungannya tentang IVA dengan kejadian kanker serviks pernah dilakukan adalah sebagai berikut :
Penulis Judul Variabel Jenis dan Desain Hasil Perbedaan
Persamaan
Siti Solekhah Hubungan antara karakteristik wanita terhadap kesadaran Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) diwilayah kerja puskesmas Jekulo Kudus tahun 2010 Kesadaran wanita terhadap dan karakteristik wanita Kuantitatif korelasi dengan pendekatan cross sectional Sebagian besar wanita berumur tidak sehat reproduksi 43 orang, pendidikan akhir SMP/MTS 36 orang, dan yang sudah bekerja 47 orang. Terdapat hubungan antara karakteristik wanita berdasarka umur, pendidikan, dan pekerjaan terhadap kesadaran IVA. Perbedaan :
1. Judul
2. Tempat
3. Waktu
4. Jenis penelitian

Persamaan :
1. Pendekatan
2. Karakteristik responden
3. Tentang IVA
4. Analisis
Sri Suyatmi Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan motivasi untuk melaksanakan metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) pada wanita usia subur (WUS) di kelurahan Bojong Salaman Wilayah kerja puskesmas Karangayu Semarang tahun 2010 Tingkat pengetahuan ibu tentang IVA dan motivasi WUS untuk melakukan metode IVA Korelasi menggunakan metode survey dengan pendekatan cross sectional Tingkat pengetahuan WUS termasuk kurang (65,9%). Sedangkan tingkat motivasi juga masih rendah (63,6%). Sehingga ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan motivasi untuk melaksanakn metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) pada wanita usia subur (WUS) dikelurahan Bojong Salaman wilayah kerja Puskesmas Karangayu Semarang. Perbedaan :
1. Judul
2. Tempat
3. Waktu
4. Pendekatan penelitian
Persamaan:
1. Jenis penelitian
2. Karakteristik responden
3. Analisis

Sehingga perbedaan antara penelitian dengan penelitian yang terdahulu adalah pada judul, tempat dan waktu penelitian. Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dengan perilaku pemeriksaan IVA di wilayah kerja Puskesmas Halmahera Semarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar